Awal Tumbuhnya Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru.
Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial
dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar.
Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami
perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan
inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak &
Clifford D Foster, 1976, halaman 330).
Seperti apakah teori humanistik itu?
Psikologi humanistik mencoba untuk
melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka
cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah
manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi
maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Menurut teori humanistik, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Hakekat
Manusia dari Segi Psikologi Humanistik
Dipandang dari segi
Psikologis Humanistik, Carl Rogers berpendapat bahwa : manusia itu pada
dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif.
Manusia itu rasional, oleh karena itu dalam berbagai hal ia dapat menentukan
nasibnya sendiri. Ini berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan
kesempatan untuk berkembang. Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process
of becoming), dan ini berjalan terus menerus tidak pernah selesai. Jadi manusia
itu sendirilah menggerakkan dirinya kearah mana yang diinginkan.
Proses pembentukan
kepribadian adalah suatu proses yang melihat manusia secara keseluruhan dalam
rentangan kesejarahannya baik kesejarahan masa kini maupun masa depan. Manuisa
bukan objek yang dibentuk secara pasif oleh pengalamannya tetapi manusia adalah
subjek yang mengolah pengalamannya dan juga memilih untuk mendapatkan
pengalaman tertentu.
Kaum behavioristik
menganggap bahwa manuisa sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Jadi tingkah laku manusia
ditentukan oleh pengaruh lingkungan, sedangkan manusia itu sendiri adalah
pasif. Pandangan behavioristik sering dikritik sebagai pandangan yang merendahkan
derajat manusia karena pandangan ini mengingkari adanya ciri-ciri yang amat
penting yang ada pada manusia dan tidak ada pada binatang seperti kemampuan
memilih, menetapkan tujuan, mencipta, dsb, yang kesemuanya itu merupakan
aktifitas manusia dalam mencapai aktualisasi diri.
Pendekatan
humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik untuk diri
kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara lain :
1. Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang
diri kita. Rogers percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia
dini dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2. Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis
yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian
batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik
atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
3. Ideal diri yaitu ingin
menjadi seperti apa diri kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi
dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada anak
bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi
teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan
motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk materi- materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Kesimpulan
Teori Psikologis Humanistik berfokus pada kemampuan
manusia untuk berpikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat
biologisnya agar dapat menentukan nasibnya sendiri dengan aspek pemikiran, perasaan, serta keyakinan yang disadari.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok diterapkan untuk materi- materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
Awal Tumbuhnya
Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru.
Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial
dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar.
Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami
perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan
inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimak &
Clifford D Foster, 1976, halaman 330).
C. Seperti apakah teori humanistik itu?
Psikologi humanistik mencoba untuk
melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka
cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah
manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi
maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Menurut teori humanistik, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Fokus dari perspektif humanistik adalah pada diri, yang diterjemahkan
menjadi "ANDA", dan Anda "persepsi" dari "Anda"
pengalaman. Veiw ini berpendapat bahwa Anda bebas untuk memilih
perilaku Anda sendiri, daripada bereaksi terhadap rangsangan lingkungan dan
reinforcers. Masalah berurusan dengan harga diri, pemenuhan diri, dan
kebutuhan adalah hal yang terpenting. Fokus utama adalah untuk
memfasilitasi pengembangan pribadi. Dua teori utama yang terkait dengan
pandangan ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow.
D. Humanistik Menurut Carl Rogers
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, mengutarakan sebuah teori yang disebut dengan teori pribadi terpusat.
Dalam pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian,
dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta
keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri
real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep
diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence
adalah ketidakcocokan antara diri yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan
kekacauan batin. Seseorang dikatakan dalam keadaan inkongruensi jika
beberapa dari totalitas pengalaman mereka tidak bisa diterima untuk mereka dan
ditolak atau terdistorsi dalam citra diri. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana
pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,
integral, dan sejati.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need
for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang
mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai,
dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak
bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik
untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara
lain :
1. Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers
percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk
dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2. Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis
yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian
batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik
atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
3. Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri
kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal
diri pada anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua
puluhan dll
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau
memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang
akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang
terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Rogers
membedakan dua tipe belajar yaitu :
1. Kognitif (
kebermaknaan )
2. Experiential (
pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik
ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan
untuk memperbaikai mobil. Experiantial
learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas
belajar experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi
manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak –
kanak. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri
dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pada dasarnya, ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam
diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah –
masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
1. Menjadi manusia
berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar
2. Siswa akan
mempelajari hal- hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang
bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
5. Belajar yang
optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam
proses belajar.
6. Belajar
mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya
sendiri. Belajar mengalami, dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self
evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur
bersifat sekunder.
7. Belajar
mengalami, menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Dalam bukunya yang berjudul Freedom To Learn, Rogers
menunjukkan sejumlah prinsip- prinsip dasar humanistik yang penting,
diantaranya adalah :
a. Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relefansi
dengan maksud- maksud sendiri.
c. Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas- tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman- ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman
terhadap siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang
berbeda- beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar bermakna
diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar
diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung
jawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar atas
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdkaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang
paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Rogers juga
mengemukakan saran tentang langkah-langhkah pembelajaran yang perlu dilakukan
oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
a. Guru memberi
kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur.
b. Guru dan siswa
membuat kontrak belajar.
c. Guru menggunakan
metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery learning).
d. Guru menggunakan
metode simulasi.
e. Guru mengadakan
latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan
kelompok lain.
f. Guru bertindak
sebagai fasilitator belajar.
g. Sebaiknya guru
menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang bagi siswa untuk
timbulnya kreativitas.
Ciri- ciri guru yang fasilitatif adalah sebagai berikut:
1. Merespon
perasaan siswa
2. Menggunakan ide-
ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi
dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian
antara pelaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa
7. Tersenyum pada
siswa.
Dari penelitian diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin
dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa- siswa menjadi
lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
E. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk
materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
F. Kelemahan Teori
Rogers
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang
semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk
pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang
berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan
bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara
realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang
tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia
karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia
karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya
pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang
menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Selain kelemahanyang telah diuraikan di
atas, ada beberapa argumantasi mengenai kritik dari teori humanistik, yaitu
sebagai berikut :
1. Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan
gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia
2. Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik,
tidak bisa diuji dengan mudah
3. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti
misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram
dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja
mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri,
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap
nilai individualistis
G. Perbedaan Teori Rogers dengan Teori Maslow
Carl Rogers (1902-1987) adalah seorang humanistik psikolog setuju dengan sebagian besar dari
apa Maslow percaya, tetapi menambahkan bahwa bagi seseorang
untuk "tumbuh", mereka memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan
mereka dengan genuinness (keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang
dilihat dengan hal positif tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan
dipahami).
Satu perbedaan antara Maslow dan Rogers adalah penekanan bahwa Maslow
memberikan ke puncak pengalaman. Puncak pengalaman saat di dalam hidup yang membawa kita
melampaui persepsi biasa, pikiran, dan perasaan. Biasanya, individu merasa
berenergi, lebih "hidup". Dalam beberapa hal, pengalaman puncak mirip
dengan konsep Zen satori (harfiah "pencerahan"), yang, seperti
pengalaman puncak, datang tanpa diduga, dan mengubah pemahaman individu tentang
diri dan dunia. Karena sifat "mistis" dari pengalaman puncak,
beberapa psikolog kurang nyaman dengan teori Maslow daripada dengan Rogers,
yang menggunakan konsep yang lebih mudah berhubungan dengan psikologi
"mainstream". Mungkin, ini account untuk Maslow yang dipandang
sebagai kurang berpengaruh di antara terapis. Dalam setiap kasus, tidak ada
keraguan bahwa gagasan Maslow tentang motivasi telah menjadi dikenal secara
luas dan digunakan, sebagai link di bawah ini membantu untuk menggambarkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan makalah di atas antara lain
sebagai berikut :
1. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
2. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok diterapkan untuk materi- materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
3. Kelemahan atau
kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons
secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima, dan Rogers
juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku
manusia
4. Perbedaan teori Rogers dan teori Maslow adalah menurut
Rogers bagi seseorang untuk "tumbuh", mereka
memerlukan suatu lingkungan yang menyediakan mereka dengan genuinness
(keterbukaan dan self-disclosure), penerimaan (yang dilihat dengan hal positif
tanpa syarat), dan empati (didengarkan dan dipahami). Perbedaan yang lain adalah penekanan bahwa Maslow memberikan ke puncak pengalaman.
bagus nih, makasih yo
BalasHapus