Halaman

Selasa, 27 November 2012

APLIKASI DAN POTENSI TIK DALAM PEMBELAJARAN DI ERA GLOBALISASI

PENDAHULUAN


Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan bisa juga dikembangkan menjadi kegiatan wira usaha.
Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa memanfaatkan TIK secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan TIK akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai TIK dan menggunakannya secara efektif. Selain dampak positif, siswa mampu memahami dampak negatif, dan keterbatasan TIK, serta mampu memanfaatkan TIK untuk mendukung proses pembelajaran dan memanfatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin banyaknya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan myspace membuat komunikasi dan saling bertukar informasi semakin mudah. Belum lagi semakin menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet seperti wordpress, blogspot, livejurnal, dan multiply. Membuat kita dituntut bukan hanya mampu mencari dan memanfaatkan informasi saja, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet melalui blog yang kita kelola dan terupdate dengan baik. Di sanalah muncul kreativitas menulis yang membuat orang lain mendapatkan manfaat dari tulisan yang kita buat. Namun sayangnya, kebiasaan menulis dan membaca belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, termasuk guru dan siswa di sekolah. Para guru TIK dituntut agar para peserta didiknya mampu memanfaatkan TIK untuk mengembangkan kreativitas menulis.
Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan-pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasilan dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang berdampak meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology)perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk mengejar perkembangan ilmu dan teknologi jika sistem pendidikan masih dilakukan secara konvensional.
PEMBAHASAN

Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran di Sekolah
Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan)
Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke, di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Di sinilah peran guru untuk membuat kurikulumnya sendiri yang dapat membuat peserta didik beajar secara aktif.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching”atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, video tape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab)memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Sebenarnya, ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu: Level 1:Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan; Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum.
Salah satu bentuk produk TIK yang sedang “ngetrend” saat ini adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian, maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai“cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri dari berbagai pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah mengaplikasikannya, tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Pergeseran pandangan tentang pembelajaran

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru, kini telah bergeser menjadi berpusat pada siswa.
Aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.
a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menarik
b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks
c. Mempercepat proses yang lama
d. Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
e. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauan
Kurikulum TIK yang sekarang ini telah dibuat oleh pusat kurikulum yang bekerjsama dengan Badan standar Nasional (BSNP) adalah kurikulum standar yang terdiri dari SK (Standar Kompetensi), dan KD (Kompetensi Dasar) yang masih harus dikembangkan oleh guru itu sendiri dalam mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi sekolah. Guru TIK dituntut untuk membuat kurikulumnya sendiri sesuai dengan SK dan KD dengan berbagai ragam pengayaan yang dimiliki oleh guru di daerahnya masing-masing. Sayangnya, banyak guru yang belum siap membuat kurikulumnya sendiri dan masih banyak guru yang copy and paste dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Padahal dlam KTSP guru diberikan kebebasan untuk berkreativitas dalam memberikan materi pengayaan kepada para peserta didiknya.
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Aplikasi dan potensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Penerapan TIK dalam pembelajaran memungkinkan kegiatan belajar mengajar lebih interaktif, simulatif dan lebih menarik. Oleh karena itu guru di era globalisasi informasi ini dituntut untuk mampu menguasai dan mengalipkasikan TIK dalam pembelajaran. Mengajak peserta didik untuk mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mampu meciptakan informasi dengan membangun connecting and sharing.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang beriorientasi pada penerapan TIK akan mempercepat peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya dapat mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia.
Bagaimanapun banyaknya dampak positif dalam penerapan TIK dalam pembelajaran di sekolah, kita mempunyai tanggungjawab bersama dalam meminimalisasi dampak negatif yang muncul baik secara individual, maupun sosial. Jangan iarkan anak-anak kita terlalu asyik dengan facebooknya dan games-games online lainnya. Anak harus diajarkan untuk mampu membaca dan menulis. Menciptakan informasi di dunia maya, walupun kita tahu dunia maya tak secantik Luna Maya yang terkena kasus dengan tulisannya di situs sosial Twitter.
Mulai saat ini marilah kita tidak GATEK, dan tidak ALERGI dengan TIK. Siapa yang menguasai TIK, pasti dia akan menguasai dunia. Kita pun merasakan bahwa masih banyak yang harus disempurnakan untuk memperbaharui kurikulum TIK yang ada di sekolah-sekolah kita. Perlu kerjasama (kolaborasi) antara guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi untuk memperbaiki kualitas kurikulum TIK di Indonesia. Jangan sampai terjadi tumpang tindih materi dalam mengaplikasikan TIK. Semoga struktur dan kultur berjalan seimbang di sekolah-sekolah kita, sehingga aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang diharapkan oleh pemerintah.
Makalah PTKI Kelompok 9
Dosen: Cecep Kustandi, M.Pd.

VIRTUAL LEARNING

Pendahuluan

I.1           Latar Belakang
Banyak orang diseluruh Dunia mengakui pendidikan jarak jauh (Distance Learning) dapat digunakan sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan yang sulit diatasi dengan cara konvensional. Permasalahan yang muncul  misalnya banyak anak usia sekolah tetapi tidak dapat mengikuti pendidikan konvensional karena tinggal di tempat yang jauh dari sekolah, banyak anak maupun orang dewasa yang ingin memperoleh pendidikan tetapi tidak dapat mengikuti pendidikan konvensional karena harus mencari nafkah atau pun ketika kecil tidak mendapatkan pendidikan yang baik.
Virtual Learning adalah salah satu system pendidikan jarak jauh yang bertujuan untuk mengevisiensikan dan mengefektifikan metode pembelajaran dengan menggunakan internet. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam proses pembelajaran dalam konsep Virtual Lerning ini.
Dalam system pembelajaran melalui internet isi pembelajaran disampaikan secara online. Dalam system pembelajaran ini siswa berdiskusi, belajar, bertanya dan mengerjakan soal soal latihan secara online. Semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas biasa
  
I.2  Tujuan
·         Memberikan Informasi yang berkaitan dengan Virtual Learning
·         Mengerjakan tugas makalah dan presentasi kelompok mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diempu oleh Bapak Cecep Kustandi, M.Pd.

I.3 Rumusan Masalah
- Apa itu Pendidikan Jarak Jauh?
- Apa saja jenis tutorial dan kelemahannya?
- Bagaimana menciptakan Virtual Classrom?
- Apa saja kelemahan Vitual Classrom?
- Sebutkan salah satu contoh virtual classroom?
- Apa saja keutungan kelas virtual untuk pengajar dan peserta didik?

Pembahasan

A. Definisi Pendidikan Jarak Jauh (Distance Learning)
                Banyak definisi yang digunakan untuk distance learning ini. JW. Keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi distance learning yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Menurut dia ada 6 unsur dasar pengertian (six defining elements) yaitu:
·         Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan distance learning dari pendidikan konvensional.
·         Adanya lembaga yang mengelola distance learning. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti distance learning dari orang yang belajar sendiri
·         Digunakan media sebagai sarana intuk menyajikan isi pelajaran. Misalnya melalui media elektronik, media massa dan media cetak.
·         Diselenggarakanya system komunikasi dua arah antara guru dan siswa, atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat dari pembelajaran tersebut. Dalam proses ini siswa lebih berinisiatif untuk melalukan komunikasi.
·         Pada dasarnya pendidikan ini bersifat individual karena tidak tergantung dengan organisasi penyelenggaranya.

B.   Jarak transaksi dan cara menjembataninya
                Menurut Dewey dalam Moore(1903) menjelaskan bahwa transaksi pendidikan merupakan interaksi antara individu, lingkungan , dan perilaku yang terjadi dalam situasi tertentu. Transaksi pendidikan terjadi antara siswa dan guru dalam distance learning bersifat khusus karena keterpisahannya satu sama lain. Jarak transaksi ini dapat mengakibatkan perbedaan persepsi antara siswa dengan guru. Oleh karena itu perlu dijembatani supaya perbedaan persepsi itu dapat berkurang atau hilang. Menurut Moore (1903) jarak transaksi itu dapat di jembatani melalui komunikasi dan percakapan (dialoge). Artinya makin mudah dan semakin sering guru dan siswa berinteraksi semakin kecil kemungkinan terjadinya kesalah pahaman dalam menafsirkan isi pelajaran. Jadi dalam distance learning sangat lah penting interaksi guru dan muridnya agar proses belajar dapat terjadi dengan baik.
Moore (1983) mengatakan semakin baik media yang digunakan semakin baik proses pembelajaran akan berlangsung. Media yang digunakan juga sangat mempengaruhi ada tidaknya komunikasi, dialog, atau interaksi antara guru dan siswa. Kalau yang digunakan adalah tv, radio, atau buku kesempatan siswa untuk berinteraksi, berdialog dan berkomunikasi dengan guru sangat kecil. Audio conference, video conference, atau internet membuka lebih besar peluang terjadinya inteaksi antara guru dan murid sehingga kecil kemungkinan terjadinya perbedaan penafsiran isi pelajaran.

C. Beberapa jenis tutorial dan kelemahannya
Tutorial dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya tutorial tatap muka, tutorial surat menyurat, tutorial melalui telepon, tutorial audio dan video conference.
                a. Tutorial tatap muka
Siswa dan guru bertemu muka secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitaan yang dihadapi siswa. Tutorial seperti ini sangat bagus mengurangi jarak transaksi antaraguru dan siswa. Denganb demikian kesalahahaman penafsiran isi pelajaran dapat diperkecil
Kekurangan yang ada dalam tutorial ini:
Tutorial tidak dapat dilakukan terlalu sering. Makin sering biayanya semakin mahal. Niassanya tutorial ini diadakan seminggu sekali, sebulan sekali atau bahkan hanya 2 atau 3 kali dalam satu semester. Hal ini menyebabkan  siswa harus menunggu lama untuk mengutarakan kesulitannya kepada guru. Tutorial ini biasanya bukan merupakan keharusan. Akibatnya banyak siswa yang  memilih tidak hadir
b. Tutorial melalui telepon atau surat
tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, padahal biayanya relative murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua siswa mempunyai telepon ataupun sungkan menanyakan pelajaran kepada guru  melalui telepon atau surat. Disamping itu tutorial melalui surat jawabannya seringkali datangnya terlambat.
 c. Tutorial melalui konfrensi audio atau video
Tutorial ini jarang digunakan karena biayanya relative lebih mahal karena kebutuhan waktu, jaringan internet, dan tenaga pengajar.

D. Sistem pembelajaran melalui internet
                Dalam system pembelajaran melalui internet isi pembelajaran disampaikan secara online. Dalam system pembelajaran ini siswa berdiskusi, belajar, bertanya dan mengerjakan soal soal latihan secara online. Semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas biasa. System pembelajaran ini sering kali disebut e-learning, virtual learning, virtual classroom, atau virtual campus (Potter,1997).
Potensi utama virtual learning sendiri adalah dapat memberikan peluang siswa untuk berinteraksi secara synchoronous dengan guru, teman maupun bahan belajarnya. Selain guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui internet, dan juga virtual learning dapat menyajikan bahan ajar lebih menarik dari pada proses yang terjadinya di kelas.

E. Menciptakan kelas VIRTUAL(virtual classroom)

    Pembelajaran multidimensi yang akan membawa proses pembelajaran kearah yang lebih kontekstual dan nyata. Sejauh ini dunia baru ini belum banyak disentuh dan dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk membantu pembelajaran di ruang-ruang kelas mereka.Padahal kelas/dunia virtual ini didesain sedemikian rupa sehingga menyerupai dunia aslinya. Belajar di kelas virtual semacam ini memungkinkan kita (guru dan siswa) mendapatkan banyak manfaat dan akan mendapati kejutan-kejutan baru dalam belajar.Kejutan baru itu dapat kita rasakan mengingat sesuatu yang kita pelajari/belajarkan kadang hanyalah berupah gambaran abstrak tentang suatu fenomena,peristiwa atau hanya sebatas rumus-rumus belaka.Di kelas virtual inilah gambaran abstrak itu kian menjadi nyata dan memesona. Di kelas virtual ini Guru dan siswa dapat menggunakan simulasi dan visualisasi untuk memahami suatu konsep. Dimana dunia virtual memudahkan guru maupun siswa menyimulasikan berbagai materi pelajaran yang mungkin sulit dilakukan di dunia fisik. Misalnya mengenai perjalanan ke bulan, gempa bumi, tsunami, pembedahan jantung, peradaban Mesir, dll. Melalui dunia virtual, siswa juga bisa memvisualisasikan materi belajar seperti rangkaian DNA, tata surya, dansejenisnya. Dikelas ini juga Guru dan siswa bisa bertemu dan berdialog dengan berbagai ahli dari belahan bumi manapun. Kesempatan ini memungkinkan baik guru maupun siswa belajar dari sumber yang berkualitas. Kelas ini juga memudahkan Guru dan siswa melakukan darwa wisata (fieldtrip) dan belajar dari tempat-tempat yg dikunjungi tanpa biaya Tidak bisa kita pungkiri bahwa belajar langsung di tempat yang berhubungan dengan topik yang sedang diajarkan akan lebih berkesan bagi siswa. Tetapi sering kali biaya menjadi kendala dalam melakukan kegiatan ini di dunia fisik. Di dunia virtual, banyak sekali tempat baik itu tempat bersejarah seperti candi borobudur, tembok besar Cina, rekator nukir, NASA dan objek lain yang tersedia dan bisa dikunjungi kapan saja tanpa biaya.
      Pembelajaran virtual ini juga memudahkan Guru dan siswa melakukan kolaborasi antar sekolah dengan lebih mudah dan hampir tanpa biaya. Kolaborasi ini bisa dilakukan dengan jalan bertukar informasi dan pengetahuan maupun melakukan proyek pembelajaran bersama antar sekolah. Kesempatan ini memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang adil bagi keragaman peserta didik. Sebagaimana diketahui bersama bahwa sekolah-sekolah favorit dan besar lebih diuntungkan dari segi fasilitas dan SDM dibanding dengan sekolah kecil/swasta. Kolaborasi pembelajaran ini juga akan memperkecil kesenjangan antara sekolah yang sudah mapan dan berkualitas dengan sekolah yang berada di bawahnya baik dari aspek proses,ketenagaan maupun sarana dan prasarananya. Karenanya pembelajaran di kelas virtual ini akan semakin memudahkan dan memberikan secercah harapan baru akan hadirnya pembelajaran berkelas dunia dari ruang-ruang kelas kita,semoga kita bisa menjadi katalisator dari dunia yang semakin sempit ini.
            Menurut Potter(1997), menciptakan kelas virtual harus mempertimbangkan berbagai hal agar pembelajaran dapat terjadi dengan efektif
1.Dilengkapi dengan sumber belajar pada saat dibutuhkan siswa tersedia dan mudah diakses
2. Menyediakan ruang untuk percobaan dan penerapan sama seperti halnya system konvensional yang diberi kesempatan melakukan percobaan, menghadapi worksop, melakukan demonstrasi mengenai hasil pelaksanaan tugas.
3. Menyatukan siswa dan guru supaya merekabersilap terbuka dan bertukar gagasan
4. Memberikan harapan pada siswa untuk terjadinya proses belajar dan menciptakan lingkungan yang konduif untuk belajar.
5. Menjadi sarana sebagai pengembang kebebasan akademik. Contoh melakukan percobaan, dalam membuat asumsi, dalam berinteraksi dengan kelas lain tanpa harus ada rasa takut dan cemas.
6. Harus dapat memberikan penilaian terhadap kinerja siswa.

F. Kelemahan Kelas Virtual
            Kelas virtual diciptakan dengan bantuan internet. Ada beberapa kelemahan dari virtual class ini diantaranya:
Ø  Penggunaan internet memerlukan infrastruktur yang memadai
Ø  Penggunaan internet yang mahal
Ø  Komunikasi melalui internet sering kali lamban
Ø  Terjajadinya salah penafsiran


G. Kelas Online Gratis
Free Virtual Classroom  yang disediakan oleh WiZiQ adalah sebuah kelas online dimana pengajar dan yang diajar terhubung secara online. Kelas virtual ini akan menggunakan fitur audio-video conference, chatting, papan tulis, dan content sharing. Kelas ini gratis, alias tidak dipungut bayaran dalam penggunaannya. Kelas juga akan direkam dan akan bisa diakses lagi di WiZiQ yang nantinya bisa digunakan untuk kajian ulang atau referensi.
Peserta bisa mengikuti kelas dan bisa menikmati percakapan secara verbal dengan peserta lain di kelas yang sama, gambar atau tulis sesuatu di papan tulis serta berbagi file-file PowerPoint, PDF, Flash dan Gambar.
Beberapa keuntungan untuk Pengajar
*Menyediakan sistem utuh manajemen pengajaran online tanpa menginstall software apapun
*Pengajar mendapatkan kelas virtualnya tanpa biaya apapun
*Jadwal online  bisa diatur sesuai keinginan dan waktu dari pengajar
*Pengajar bisa berinteraksi dengan peserta ajarnya melalui papan tulis online, apakah itu berupa tulisan atau dokumen, dan dengan two-way audio dan fitur chatting
*Pengajar bisa membuat account profilenya
*Kelas bisa berupa one-on-one class atau terdiri dari beberapa orang dalam satu kelas
*Pengajar bisa dan diperkenankan meminta bayaran pada peserta ajarnya
Beberapa keuntungan untuk Peserta Ajar
*Peserta bisa mencari pengajarnya sendiri
*Belajar dari rumah, langsung melalui internet dengan browser yang mudah dipahami dan digunakan, tanpa menginstall apapun
*Bisa mengakses tutorial sesuai dengan materi ajar pilihan.


Kesimpulan & Saran
Kesimpulan
                Semakin diminatinya pendidikan jarak jauh haruslah mementingkan aspek efektifitas dari pembelajarannya tersebut. Pendidikan jarak jauh (distance learning) juga harus di imbangi dengan ada nya insfrastrukur yang baik. Karena melaksanakannya juga butuh biaya yang mahal pada saat ini hanya dapat di kembangkan untuk daerah perkotaan. Jadi agar kondisi pendidikan tidak tertinggal, kelas virtual atau distance learning ini sangat lah membantu dan perlu dikembangkan.


Saran

1.       E-learning virtual classroom harus terus dikembangkanterutama oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
2.       Antara siswa dan pengajar harus ada komitmen yang kuat agarpenyelenggaraan e-learning virtual classroom mencapai tujuanpembelajaran yang ditargetkan.


Makalah PTKI Kelompok 8
Dosen: Cecep Kustandi, M.Pd.

Kamis, 15 November 2012

M - LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN
A.                  LATAR BELAKANG MASALAH
Pada masa ini kemajuan teknologi berkembang dengan begitu pesat, begitu banyak tantangan dan tuntutan yang memengaruhi segala aspek di bidang kehidupan, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, juga di bidang pendidikan, teknologi yang kian pesat maju, harus diiringi dengan SDM yang unggul dan mutu pendidikan yang baik , untuk mencapai kemajuan ini, tentunya perlu diadakan inovasi – inovasi positif di bidang pendidikan, tentunya beberapa negara maju telah menerapkan inovasi di dalam bidang pendidikannya dalam hal ini kita akan membahas mengenai M-Learning , yaitu suatu teknologi yang dikembangkan negara – negara maju berbasis kan mobile technology, demi mencapai kefektivitasan dan juga keefisienan suatu proses pembelajaran , beberapa aktivitas pembelajaran dapat di selenggarakan secara non konvensional dalam m-learning ini , sehingga teknologi ini diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang memiliki nilai lebih , yang mampu bersaing di era globalisasi saat ini.

B.                  RUMUSAN MASALAH
1.       Apa definisi M-Learning
2.       Apa kelebihan dan kekurangan M-Learning
3.       Bagaimana penerapan M-Learning di Negara – Negara maju
C.                  TUJUAN PEMBAHASAN
1.       Untuk mengetahui definisi M-Learning
2.       Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan M-Learning dalam pendidikan
3.       Untuk mengetahui penerapan M-Learning Negara – Negara maju
BAB II
PEMBAHASAN
  1. Apa itu M-Learning
Mobile Learning didefinisikan oleh Clark Quinn (Quinn 2000) sebagai : “The intersection of mobile computing and e-learning : accessible resources wherever you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for effective learning, and performance-based assessment. E-Learning independent of location in time or space” .  berdasarkan definisi tersebut dapat di ambil kesimpulan , m-Learning adalah kemampuan akses suatu sumber, dimanapun dengan kemampuan pencarian yang canggih ,kaya akan interaksi, dan sangat membantu dalam mencapai kefektivitasan belajar dan kinerja berdasarkan penilaian, ,istilah m-Learning atau mobile learning merujuk pada penggunaan perangkat keras yang bergerak , seperti PDA, Laptop , Smartphone, MP3 player, dll, meski M-Learning ini terkait dengan E-Learning dan pendidikan jarak jauh , namun itu berbeda dalam fokus pada pembelajaran seluruh konteks dan pembelajaran dengan perangkat mobile, salah satu definisi tambahan  mengenai mobile learning : setiap jenis pembelajaran yang terjadi ketika pelajar tersebut tidak di lokasi yang di tentukan, atau pembelajaran yang terjadi ketika pelajar mengambil keuntungan dari kesempatan yang ditawarkan oleh teknologi mobile, dengan kata lain M-Learning menghilangkan keterbatasan / penghalang dalam proses pembelajaran dengan mobilitas dari perangkat portable. Selain itu juga M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan dimana-pun. Aplikasi – aplikasi yang interaktif dan bersifat edutainment (edukasi dan entertainment) , unik dalam pembelajaran membantu berlangsungnya proses pembelajaran secara menyenangkan , dan mengurangi rasa tegang dalam suatu sistem pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan tingkat perhatian terhadap materi – materi yang disampaikan ,siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran ,menghemat waktu karena jika diterapkan siswa tidak perlu hadir di dalam kelas untuk mengumpulkan / mengerjakan tugas,cukup tugas tersebut dikirim melalui applikasi yang tersedia dalam mobile phone, yang secara langsung memudahkan proses pengumpulan tugas yang juga meningkatkan proses pembelajaran juga secara tidak langsung , juga dapat memotivasi anak didik kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) , selain itu dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, m-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan berinteraksi dan berkolaborasi secara terimprovisasi ,
  1. Kelebihan dan kekurangan M-Learning
KELEBIHAN M-LEARNING
Beberapa kelebiham M-Learning dibandingkan metode pembelajaran lain
·         dapat digunakan dimana-pun pada waktu kapan-pun,
·         kebanyakan divice bergerak memiliki harga yang relatif lebih murah dibanding harga PC desktop,
·         ukuran perangkat yang kecil dan ringan daripada PC desktop,
·         diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar  karena  m-Learning memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
·         Applikasi – applikasi interaktif yang sudah dapat di unduh dengan mudah dan gratis
·         Lebih menghemat biaya dalam berkomunikasi
KEKURANGAN M-LEARNING
Meski memiliki beberapa kelebihan,  m-Learning tidak akan sepenuhnya dapat di implementasikan. Hal ini dikarenakan  m-Learning memiliki keterbatasan-keterbatasan terutama dari sisi perangkat/media belajarnya. Keterbatasan perangkat bergerak antara lain sebagai berikut.
1. Kemampuan prosesor
2. Kapasitas memori
3. Layar tampilan
4. Keterbatasan baterai
5. Pengguna harus memiliki kelebihan dalam bidang teknologi
Namun kekurangan dalam M-Learning lambat laun akan dapat di atasi seiiring dengan perkembangan teknologi yang pesat , misalkan layar tampilan yang kecil kini dapat diatasi dengan adanya Proyektor, kecepatan processor handheld sekarang yang ditawarkan sudah mulai meningkat dan makin canggih, kapasitas memori eksternal yang ditawarkan kini mampu memuat dengan kapasitas yang lebih besar namun dengan harga yang murah, Keterbatasan dalam ketersediaan energy batere akan dapat teratasi dengan pemanfaatan sumber daya alternatif yang praktis, mudah didapat dan mudah dibawa,seperti portable charger  , baterai cair, tenaga gerak manusia, tenaga matahari dan lain-lain.
C. Operasional
Operasional M-Learning pun dibagi atas dua bagian :
1. Multimedia based, yang lebih diutamakan bagi mereka yang masih sanggup untuk membeli smartphone, yang minimal dilengkapi dengan JavaME. Yang dimaksud dengan M-Learning multimedia adalah materi yang diberikan bersifat interaktif sehingga dapat lebih mudah dimengerti dan menarik bagi penggunanya. Media yang digunakan bisa beberapa macam, yaitu: mobile application, animasi (semacam flash), ataupun via website tertentu.
Contohnya : aplikasi multimedia yang dibuat adalah aplikasi tentang pemantulan benda (Fisika). Maka, dapat dibuat aplikasi sejenis simulasi, di mana pengguna dapat mencoba-coba sendiri. Tentu, teori-teori dasar harus diberikan di sana sebagai penjelasan.
2. Lalu, bagi mereka yang kurang beruntung dan hanya punya handphone hitam putih yang hanya bisa SMS, bagaimana ? M-Learning yang disediakan untuk mereka adalah text-based. Jadi, dalam kasus ini, materi-materi M-learning akan diberikan dalam bentuk teks yang dikirim via sms.
Contohnya : pengguna ingin mengambil materi tentang pelajaran Sejarah Majapahit. Maka, sejumlah SMS yang berkaitan dengan materi tersebut akan dikirimkan ke handphone yang meminta materi.
Sistem distribusi materi yang dapat dipilih adalah :
- Subscriber : pengguna dapat berlangganan layanan M-Learning ini. Setiap ada materi baru yang dibuat akan diberitahukan kepada pelanggan.
- Menyediakan topik dan tema untuk dipilih sendiri oleh user. Operator telekomunikasi menyediakan SMS gateway untuk menangani permintaan. Misalkan, pengguna meminta materi sejarah dengan mengirim M-LEARN SEJARAH. Lalu, akan dibalas dengan SMS yang berisi daftar lengkap materi yang berkaitan dengan Sejarah, yang dapat dipilih oleh user.


BAB III
KESIMPULAN
          Pengembangan e-learning di institusi pendidikan melibatkan banyak faktor dalam organisasi, yaitu infrastruktur teknologi, sumber daya manusia, dan lingkungan yang mencakup kepemimpinan dan kultur. Model Mobile Learning merupakan manifestasi dari kesiapan seluruh komponen organisasi untuk mengadopsi e-learning.
Model Mobile Learning tidak hanya untuk mengukur tingkat kesiapan institusi untuk mengimplemantasikan e-learning. Tetapi yang lebih penting adalah dapat mengungkap faktor atau area yang masih lemah dan memerlukan perbaikan dan area yang sudah dianggap berhasil atau kuat dalam mendukung implementasi e-learning.
Model Mobile Learning pada tahap analisis digunakan untuk menyusun materi kebutuhan yang menjadi base line untuk tahap desain, pengembangan, dan implementasi. Pada tahap evaluasi, model Mobile Learning digunakan untuk mengukur keberhasilan dan menentukan prestasi untuk proses perbaikan pada periode berikutnya.
Daftar Pustaka
http://creandivity.com/2010/12/microsoft-bloggership-2011-m-learning-untuk-pendidikan-indonesia/

(Makalah PTKI Kelompok 7)

BELAJAR ONLINE

BAB 1

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang Masalah

Adapun latar belakang penulis dalam mengerjakan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang belajar online khususnya untuk mata kuliah Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informasi. Selain itu makalah ini dibuat sebagai wadah untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai belajar online secara menyeluruh.


Pembelajaran elektronik atau e-Learning telah dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning. Dalam kaitan ini, yang diperlukan adalah kejelasan tentang kegiatan belajar yang bagaimanakah yang dapat dikatakan sebagai e-Learning? Apakah seseorang yang menggunakan komputer dalam kegiatan belajarnya dan melakukan akses berbagai informasi (materi pembelajaran) dari Internet, dapat dikatakan telah melakukan e-Learning?
Dari beberapa penyebab kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan teknologi tersebut dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang dilakukan oleh para pakar pendidikan untuk memajukan bidang pendidikan tersebut ?” Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan fakta yang ada, dan karya-karya ilmiah yang telah ditulis oleh para pakar pendidikan, telah ditemukan upaya untuk memajukan dunia pendidikan, dengan menciptakan/memperkenalkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien bagi guru dan peserta didik.yang berupa pembelajaran jarak jauh dengan mempergunakan media elektronika yang dikenal dengan istilah Belajar Online/E-Learning.
Selanjutnya, berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Belajar Online”.


1.2   Maksud dan Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.    Melatih mahasiswa mengembangkan bahan ajar melalui karya tulis.
b.   Mendidik mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang materi yang
      dijelaskan.
c.   Agar mahasiswa mampu menjelaskan materi belajar online secara         menyeluruh dengan cermat.

1.3   Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian/definisi belajar online  ?
2.        Apa manfaat belajar online ?
3.      Bagaimana sejarah dan perkembangan belajar online ?
4.        Apa keuntungan dan keterbatasan belajar online ?
5.      Apa saja elemen belajar online ?
6.     Apa saja aspek penting dalam belajar online ?


BAB II

ISI


2.1 Definisi Belajar Online
               
Pembelajaran online (juga dikenal dengan pembelajaran elektronik, atau e-Learning) merupakan hasil dari suatu pembelajaran yang disampaikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Bahannya biasa sering diakses melalui sebuah jaringan. Sumbernya bisa berasal dari website, internet, intranet, CD-ROM, dan DVD. Selain memberikan instruksi, e-learning juga dapat memonitor kinerja peserta didik dan melaporkan kemajuan peserta didik. E-learning tidak hanya mengakses informasi (misalnya, halaman web), tetapi juga  membimbing peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik (misalnya, tujuan). SimakBaca secara fonetik.
Potensi untuk aplikasi pendidikan pembelajaran online telah berkembang. Siswa tidak hanya dapat mengakses pengetahuan dari buku pelajaran, tetapi juga dapat mengakses materi pelajaran dari luar sekolah . Guru dan siswa dapat memperoleh informasi yang banyak, tidak terbatas, dan dapat di akses dari beberapa perpustakaan di seluruh dunia!
Siswa dan guru dapat meningkatkan pembelajaran di kelas dengan mengakses informasi dari berbagai sumber (database, perpustakaan, kelompok minat khusus), berkomunikasi melalui komputer dengan siswa lain atau dengan para ahli di bidang studi tertentu, dan saling bertukar informasi. Kegiatan seperti yang dilakukan oleh geografis nasional memungkinkan siswa dan guru bersama-sama untuk menuai keuntungan dari menghubungkan jaringan nasional siswa, guru, dan ilmuwan untuk menyelidiki berbagai topik.
Guru dan para siswanya dapat mengakses dokumen elektronik untuk memperkaya pengetahuannya. Siswa dapat berpartisipasi aktif karena pembelajaran online menyediakan sebuah lingkungan belajar yang interaktif. Siswa dapat menghubungkan informasi eletronik ke dokumen dan proyek mereka, membuat dokumen elektroniknya “hidup” dengan tombol hypertext.
Karena komputer memiliki kemampuan untuk memberikan informasi dengan berbagai media (termasuk cetakan, video, dan rekaman suara dan musik) komputer menjadi sebuah perpustakaan yang tidak terbatas. Betapapun siswa mampu untuk segera berkomunikasi dengan teks, gambar, suara, data, dan video dua arah. Interaksi yang dihasilkan dapat mengubah peran siswa dan guru. Guru dapat dipisahkan secara geografiis dari siswanya, dan siswa dapat belajar dari siswa lain di kelas seluruh dunia.


2.2 Sejarah dan Perkembangan Belajar Online

                E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
(1)          Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi      e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM         FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.
(2)          Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994, CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
(3)          Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul   LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk                 mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
(4)          Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS              menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia, video streaming, serta penampilan         interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil.

2.3 Manfaat Belajar Online

- Dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
                - Lebih menghemat biaya dan waktu.
                - Standar materi terjamin dengan baik.
                - Memperkuat pembelajaran tradisional dalam kelas.
                - Kuota peserta tidak terbatas.

2.4 Keuntungan dan Keterbatasan Belajar Online

2.4.1 Keuntungan Belajar Online
1.             Media yang bervariasi
Internet adalah sarana serbaguna yang memberikan informasi kepada pelajar di seluruh dunia. Situs-situs internet berisi media yang bervariasi, termasuk teks, audio, grafik, animasi, video, dan software yang dapat didownload.
2.             Informasi yang up-to-date
Sampai saat ini, para pendidik terbatas pada sumber-sumber yang ada di kelas atau gedung sekolahnya. Sekarang, dengan kemampuan untuk menghubungkan ke sumber-sumber di komunitas dan di seluruh dunia, membuka pandangan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Siswa dapat mengakses perpustakaan dan database dengan baik di luar batasan local, ini memperluas cakrawala yang lebih kecil dan sekolah pedesaan serta partisipasi individu dalam home schooling.
3.             Navigasi
Keuntungan utama dari internet adalah mampu untuk bergerak dengan mudah dalam dan antar dokumen. Dengan menekan tombol atau mengklik dari mouse, pengguna dapat mencari berbagai macam dokumen di berbagai lokasi tanpa bergerak dari komputernya.



4.             Bertukar ide
Siswa dapat terlibat dalam “percakapan” dengan para ahli di bidang studi tertentu. Selanjutnya, mereka dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang memungkinkan untuk bertukar ide dengan siswa lain, bahkan mereka yang tinggal di negara-negara lain.
5.             Komunikasi yang nyaman
E-mail memungkinkan orang-orang diberbagai lokasi untuk berbagi ide, sama seperti yang mereka lakukan di telepon sekarang, tanpa memainkan “tag telepon” begitu umumnya di kalangan orang sibuk. Pengguna dapat “bercakap” satu sama lain di waktu yang berbeda dan meresponnya sesuai kenyamanan mereka masing-masing. Rekaman yang ditukar dapat disimpan.
6.             Biaya rendah
Biaya hardware, software, waktu telepon, dan servis telekomunikasi adalah nominal dan menurun.


2.4.2 Keterbatasan Belajar Online
1.             Umur-materi yang tidak pantas
Salah satu hal yang menjadi keprihatinan beberapa topik pada jaringan komputer, utamanya di internet, adalah tidak cocoknya materi tersebut untuk siswa sekolah dasar. Iklan tembakau dan alkohol di internet dapat ditampilkan bersama permainan dan musik yang bisa dinikmati anak-anak.
2.             Hak cipta
Karena informasi begitu mudah untuk diakses, hal itu juga sangat sederhana untuk seorang individu untuk secepatnya mendownload sebuah berkas dan dengan beberapa perubahan, ia dapat mengerjakan tugasnya tanpa bersusah-susah payah lagi.
3.             Pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya
Diperkirakan setiap harinya ribuan situs baru ditambahkan ke internet. Pertumbuhan ini membuat penemuan informasi menjadi sangat sulit. Untuk membantu dalam pencarian informasi, beberapa perusahaan komersial dan universitas menyediakan mesin pencari dengan mengikuti link Web dan menampilkan hasil yang sesuai dengan pertanyaan Anda.
4.             Pendukung
Dukungan teknis yang baik harus tersedia. Tanpa dukungan dan manajemen yang bijaksana tersebut, sebuah jaringan komputer mungkin akan cepat mati. Untuk itu Teknis supervisor diperlukan untuk mengatur dan memelihara jaringan.
5.             Akses
Baik dengan cara sistem tertanam atau nirkabel atau modem, semua pengguna harus memiliki sebuah cara untuk menghubungkan ke jaringan.

2.5       Elemen Belajar Online

Definisi e-learning memiliki beberapa elemen tentang apa, bagaimana, dan mengapa dari e-learning (Clark & Mayer, 2008, p. 10):
                    1.        Apa
            E-learning memasukkan baik konten, yaitu informasi, dan metode instruksional, yaitu teknik, yang membantu orang mempelajari konten belajar.
    2.        Bagaimana
E-learning didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu dan dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung.
3.      Mengapa
E-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya.

2.6       Aspek Penting dalam Belajar Online
    1.      Menciptakan Solusi Belajar Formal dan Informal
Salah satu kesalahan berpikir tentang belajar online adalah belajar online hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, belajar online haruslah memiliki karakteristik berikut:
a.  Just in Time
Tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b. On Demand
Tersedia setiap saat.
c.  Bite Sized
                Tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.

    2.        Menyediakan Akses ke Berbagai Macam Sumber Pembelajaran, baik itu Konten ataupun Manusia
Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang belajar online bahwa belajar online hanya membuat konten saja. Sebenarnya belajar online sebuah aktivitas sosial. Belajar online menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui komunitas online. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi ilmu.
3.        Mendukung Sekelompok Orang atau Grup untuk Belajar Bersama
Belajar Online bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang  atau grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak langsung (asynchronous).
4.             E-learning Membawa Pembelajaran kepada Pelajar bukan Pelajar ke Pembelajaran
Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model e-learning disebut juga Pull Model of Learning (Knight, 2005, p. 11).


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan tentang belajar online dapat kami simpulkan sebagai berikut  :
1. Definisi belajar online adalah suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain, atau proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran, termasuk interaksi pembelajaran lintas ruang dan waktu, dengan kualitas yang terjamin.
2. Manfaat belajar online adalah mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis. Belajar online mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir, mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya, mengontrol kegiatan belajar peserta didik dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
3. Sejarah dan perkembangan belajar online pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (Computer-Assisted Instruction) dan komputer bernama PLATO.
4. Keuntungan menggunakan belajar online diantaranya fleksibel, menghemat waktu proses belajar mengajar, mengurangi biaya perjalanan, biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku), menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
5. Elemen belajar online yaitu apa, bagaimana dan mengapa. Dari aspek, Apa : memasukkan baik konten, yaitu informasi, dan metode instruksional, yaitu teknik, yang membantu orang mempelajari konten belajar. Bagaimana : didistribusikan melalui komputer dalam bentuk kalimat dan gambar. Mengapa : ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya.
6. Aspek Penting dalam belajar online yaitu menciptakan solusi belajar formal dan informal, menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia, mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran.
7. Pro dan kontra terhadap belajar online, bagi yang kontra mengatakan bahwa “Di samping daerah jangkauan kegiatan belajar online yang terbatas (sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung antar sesama siswa maupun antara siswa dengan narasumber sangat minim, demikian juga dengan peluang siswa yang terbatas untuk bersosialisasi. Bagi yang pro mengatakan bahwa belajar online dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. Belajar online bahkan menjadi komplemen besar terhadap model pembelajaran di kelas atau sebagai alat yang ampuh untuk program pengayaan.
3.1   Saran
Hendaknya bagi pengelola dan orang-orang yang terjun dalam dunia pendidikan menggunakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bentuk pembelajaran elektronik (E-Learning) sebagai salah satu cara yang efektif dalam menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Sehingga diharapkan ada peningkatan mutu, keterampilan berpikir, berinteraksi serta keterampilan-keterampilan ideal lainnya dari para peserta didik.


DAFTAR PUSAKA

Nasution, Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Saefudin Sa’ud, Udin, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008.

(Makalah PTKI Kelompok 5)